Logika informatika

pada postingan kali ini admin akan membrikan sedikit ilmu tentang logika informatika.
mungkin agan2 yang lagi butuh referensi ini buat mata kuliah..hehehe
oke langsung aja..cekidot



1. PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA


A. Pendahuluan


Logika (Logic) berasal dari kata bahasa Yunani "logos".


Definisi logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran argumen yang valid. Logika adalah studi tentang kriteria-kriteria untuk mengevaluasi argumen-argumen dengan menentukan mana argumen yang valid dan mana yang tidak valid, dan membedakan antar argumen yang baik dengan yang tidak baik.

Logika dipelajari sebagai sistem formal yang menjelaskan peranan sekumpulan rumus-rumus ataupun sekumpulan aturan untuk derivasi. Derivasi dipahami sebagai pembuktian validitas argumen yang kuat dengan didukung kenyataan bahwa kesimpulan yang benar harus diperoleh dari premis-premis yang benar.

Logika secara umum berhubungan dengan penalaran deduktif yang hanya secara umum mengambil kesimpulan dari premis-premisnya. Berbeda dengan penalaran induktif yakni studi tentang pengambilan kesimpulan umum yang diperoleh dari suatu penelitian atau observasi.

Logika pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles dan disebut Logika Tradisional atau Logika Klasik sekitar 300 tahun sebelum Masehi. Setelah 2000 tahun kemudian dikembangkanlah Logika Modern dari Logika Klasik oleh George Boole dan Augustus De Morgan sekitar abad XIX. Logika ini juga disebut Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol logika.



B. Argumen


Argumen adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran dari pernyataan berupa
kesimpulan, dengan berdasarkan kebenaran dari satu kumpulan pernyataan
yang disebut premis-premis.
Contoh 1-1
Semua mahasiswa pandai.
Badu adalah mahasiswa.
Dengan demikian, Badu pandai.




Contoh 1-2
Semua manusia bermata empat.
Badu seorang manusia.
Dengan demikian, Badu bermata empat.


Perlu dicatat, logika yang dibahas di sini hanya berhubungan dengan kesimpulan yang valid. Contoh 1-2 tetap dapat dikatakan valid, karena kesimpulannya tetap mengikuti premis-premisnya dan validitasnya dapat dibuktikan dengan menggunakan aturan-aturan logika.


C. Validitas Argumen

Validitas argumen adalah premis-premis (ialah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan) yang diikuti oleh suatu kesimpulan yang berasal dari premis-premisnya yang bernilai benar.


Validitas dapat dibedakan dengan kebenaran dari kesimpulan. Jika satu atau
lebih premis-premis salah, maka kesimpulan dari argumen tersebut juga salah.


Validitas dapat diartikan tidak mungkin kesimpulan yang salah diperoleh dari
premis-premis yang benar.


Contoh 1-3
Semua mamalia adalah hewan berkaki empat
Semua manusia adalah mamalia
Dengan demikian, semua manusia adalah hewan berkaki empat.


Contoh 1-3 adalah argumen yang valid, tetapi dengan premis pertama yang
salah, karena kesimpulannya tetap mengikuti premis-premisnya.


Contoh 1-4
Ada jenis makhluk hidup berkaki dua.
Semua manusia adalah makhluk hidup
Dengan demikian, semua manusia berkaki dua.


Argumen di atas jelas tidak valid, tetapi menghasilkan kesimpulan yang benar
meskipun tidak mengikuti premis-premisnya.


Validitas yang logis adalah hubungan antara premis-premis dengan kesimpulan
yang memastikan bahwa jika premis-premis benar, maka harus diikuti dengan
kesimpulan yang benar, yang diperoleh dengan menggunakan aturan-aturan
logika. Kesimpulan juga harus berasal dari premis-premisnya.


Contoh 1-5
Semua mahasiswa rajin belajar.
Badu seorang mahasiswa.
Dengan demikian, Dewi rajin belajar.


Kesimpulan di atas jelas tidak ada hubungannya dengan premis-premisnya,
walaupun bisa saja bernilai benar dan premis-premis bernilai benar, tetapi
bukan argumen yang kuat secara logis.


Argumen logis disebut kuat secara logis, jika dan hanya jika argumennya valid
dan semua premis-premisnya bernilai benar.


Contoh 1-6
Semua binatang dapat terbang.
Gajah adalah binatang.
Dengan demikian, gajah dapat terbang.


Argumen ini dapat dikatakan valid, tetapi validitasnya tidak kuat. Karena jelas
premis pertama pada Contoh 1-6 salah, walaupun bisa disebut valid, tetapi jelas
validitas yang tidak kuta. Jadi suatu argumen logis dapat disebut kuat jika dan
hanya jika memenuhi dua persyaratan berikut:
v    Argumen valid
v    Semua premis-premisnya benar.



D. Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.
Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret ataupun yang abstrak.
Sedangkan objek formal yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau dari sudut dari mana objek material itu disorot.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah ‘manusia’ dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain sebagainya.

Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berfikir lurus, tetap, dan teratur, logika menyelidik, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
Dengan demikian, objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksudkan berfikir adalah kegiatan pola pemikiran dan akal budi manusia.
Dengan berfikir manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berfikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.

3. Macam-macam Logika
Logika dapat dibedakan atas dua macam. Meskipun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua macam logika itu ialah logika kodratiah dan logika ilmiah.
Logika kodratiah ada pada setiap manusia karena kodratnya seabgai makhluk rasional. Sejauh manusia itu memiliki rasio maka dia dapat berpikir. Atau dengan akal budi manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja. Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berada dengan si B atau “makan” tidak sama dengan “tidur”. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir logis dengan mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain misalnya, seorang pedagang tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju di bidangnya. Namun apabila hal yang dipikirkan itu bersifat rumit dan kompleks akal sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur pemikiran yang tepat sebab akal sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah. Di sinilah kita ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir. Bagaimana kita mengetahui hukum-hukum kodrat pemikiran secara tegas dan eksplisit, agar kita dengan sadar menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir dan juga kepastian atas kesimpulannya. Tuntutan itu lebih terasa apabila kita harus menggeluti jalan ilmu pengetahun yang  panjang, berliku-liku, dan penuh kesukaran. Pada tataran ini kita membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika kodratiah. Jadi logika ilmiah : ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus/sah. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar secara tepat/semestinya. Bagaimana menghindari kekeliruan dan kesesatan dalam berpikir? Namun harus disadari bahwa logika ilmiah adalah keterangan lebih lanjut atau penyempurnaan atas logika kodratiah.
4.    Logika Formal dan Logika Material
Ada perbedaan antara kebenaran bentuk dan kebenaran isi. Logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk disebut logika bentuk/formal (formal logic) sedangkan logika yang membahas tentang kebenaran isi disebut logika material (material logic). Selanjutnya logika formal disebut juga logika minor dan logika material disebut logika mayor.
Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut. Yang harus diperhatikan di situ ialah penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi premis atau dasar penyimpulan. Kalau susunan premis tidak dapat dijadikan pangkal/dasar untuk menarik kesimpulan yang logis.
Misalnya:
Semua pegawai negeri adalah penerima gaji.
Semua pegawai swasta adalah penerima gaji.
Jadi, pegawai negeri adalah pegawai swasta.
Contoh diatas memperlihatkan susunan penalaran yang tidak tepat dengan demikian penalaran tersebut tidak memiliki kebenaran bentuk. Susunan penalaran yang tepat diketahui berdasarkan konklusinya yang ditarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya.
Misalnya:
Semua manusia adalah mortal.
Semua raja adalah manusia.
Jadi, semua raja adalah mortal.
Susunan penalaran diatas adalah tepat sebab konklusinya diturunkan secara logis dari titik pangkalnya. Dengan demikian kalau penalaran yang tepat itu dikosongkan dari isinya dengan menghapus pengertian-pengertian di dalamnya dan menggantinya dengan tanda-tanda huruf terdapatlah pola penyusunan sebagai berikut:
Semua M adalah P.
Semua S adalah M.
Jadi, semua S adalah P.
Pola susunan penalaran itu disebut bentuk penalaran. Penalaran dengan bentuk yang tepat disebut penalaran yang tepat atau sahih (valid). Semua penalaran, apa pun isi atau maknanya, asal bentuknya tepat, dapat dipastikan bahwa penalaran itu sahih. Jadi tanda-tanda M, P, dan S dapat diganti degan pengertian apa saja, asal susunan premis (yang dijadikan dasar penyimpulan) tepat dan konklusi sungguh-sungguh ditarik secara logis dari premis maka penalaran itu tepat/sahih.
Misalnya:
Malaikat itu benda fisik.
Batu itu malaikat.
Maka, batu itu benda fisik.
Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga pernyataan yang membentuk argumen di atas adalah salah. Namun argumen tersebut sahih dari segi bentuknya karena kesimpulan sungguh ditarik dari premis atau titik pangkal yang menjadi dasar penyimpulan tersebut. Bahwa isi dari kesimpulan tersebut salah tidaklah disebabkan karena proses penarikan kesimpulan yang tidak tepat, melainkan isi dari premis-premisnya sudah salah.
Supaya kita dapat membedakan dengan baik kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan isi maka baiklah sekarang kita menyoroti argumen yang benar dari segi isi.
Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.
Misalnya:
Semua binatang adalah makhluk hidup.
Kucing adalah makhluk hidup.
Jadi, kucing adalah binatang.
Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga pertanyaan yang membentuk argumen di atas adalah benar (sesuai dengan kenyataan) dengan demikian argumen tersebut memiliki kebenaran isi. Namun, kalau kita teliti lebih lanjut, argumen tersebut sesungguhnya secara formal (menurut bentuknya) tidaklah sahih (valid). Karena konklusi yang ditarik tidak diturunkan dari pernyataan-pertanyaan yang menjadi titik pangkal pemikiran. Memang benar bahwa “Kucing adalah binatang” tetapi pernyataan (kesimpulan) itu tidak dapat ditarik dari fakta bahwa “Semua binatang adalah makhluk hidup” dan bahwa “Kucing adalah makhluk hidup”.
Argumen ilmiah mementingkan struktur penalaran yang tepat atau sahih (valid) sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan isi adalah prasyarat mutlak – conditio sine qua non dalam ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara apriori sebuah argumen memiliki empat kemungkinan yakni:
(1)     Sahih dari segi bentuk tetapi tidak benar dari segi isi:
Misalnya:
“Manusia adalah binatang berkaki empat.
Alibaba adalah manusia.
Jadi, Alibaba adalah binatang berkaki empat”.
(2)     Tidak sahih dari segi bentuk, tetapi benar dari segi isi:
Misalnya:
“Semua ayam mempunyai kaki.
Dadang bukanlah ayam.
Jadi, Dadang mempunyai kaki “.
(3)     Sahih dari segi bentuk dan benar dari segi isi:
Misalnya:
“Kota yang terletak di sebelah utara Roma lebih sejuk dari pada Roma.
London adalah kota yang terletak di sebelah utara Roma.
Jadi, London lebih sejuk daripada Roma”.
(4)     Tidak sahih dari segi bentuk dna tidak benar dari segi isi;
Misalnya:
“Semua yang lebih ringan daripada batu mengambang dalam air.
Air lebih ringan daripada batu.
Jadi, betul mengambang dalam air.”

Related Posts:

0 Response to "Logika informatika"

Posting Komentar